HAL Tejas LSP-5
Seri kelima produksi terbatas Tejas (LSP-5) terbang untuk pertama
kalinya 19 november 2010, dikemudikan oleh Lt Cdr Ankur Jain dari
Angkatan Laut India. Pesawat ini sepenuhnya perwakilan dari konfigurasi
yang akan mencapai clearance operasional awal bulan depan. Platform ini
bergabung dengan empat jet LSP seri sebelumnya dan dua prototipe Jenis
kendaraan saat ini dalam program jam terbang (PV-1 tidak terbang sejak
Januari tahun ini, dan dua teknologi demonstran tidak diterbangkan untuk
beberapa waktu).
Penerbangan sukses datang pada hari yang dinyatakan buruk bagi
Angkatan Udara India, yang kehilangan 10 personil (tiga kru + tujuh
personilterdaftar) dalam kecelakaan helikopter Mi-17 di Bomdir,
Arunachal Pradesh hari sebelumnya. Salah satu perwira Angkatan Darat
juga kehilangan nyawa.
HAL Tejas
HAL Tejas
Tejas adalah LCA ( Light Combat Aircraft )/ pesawat tempur ringan
generasi keempat buatan HAL ( Hindustan Aeronautics Limited ) sebagai
pesawat tempur buatan India pertama.
Konsep pertama dibuat tahun 1975 akan tetapi proyek gagal karena ketiadaan untuk mendapatkan Mesin yang diinginkan IAF ( Indian Air Force ) dari pihak asing.
Proyek LCA kemudian dilanjutkan lagi di tahun 1983 dan ditahun 1984 dibentuklah ADA ( Aeronautical Development Agency ) dari HAL untuk mengelola program LCA Tejas sebagai kebutuhan mendesak untuk menggantikan pesawat tempur MIG-21 IAF yang sudah digunakan sejak tahun 1970 dan akan habis masa pakai ditahun 1995.
ADA adalah sebuah konsorsium nasional yang membawahi sekitar seratus lebih Laboratorium pertahanan, organisasi industri dan institusi akademik untuk mengembangkan sistem tempur Fly-by-wire, Flight Control System dan Multi mode pulse doppler, akan tetapi pada awalnya mereka sangat membatasi peran Asing dalam proyek tersebut.
Pesawat menggunakan desain sayap Delta dan memakai Mesin jet Afterburner tunggal dan untuk pilihan awal HAL menggunakan mesin jet buatan Amerika General Electric F404-GE-IN20 sebagai powerplant sementara hingga Mesin jet turbofan buatan mereka sendiri
Konsep pertama dibuat tahun 1975 akan tetapi proyek gagal karena ketiadaan untuk mendapatkan Mesin yang diinginkan IAF ( Indian Air Force ) dari pihak asing.
Proyek LCA kemudian dilanjutkan lagi di tahun 1983 dan ditahun 1984 dibentuklah ADA ( Aeronautical Development Agency ) dari HAL untuk mengelola program LCA Tejas sebagai kebutuhan mendesak untuk menggantikan pesawat tempur MIG-21 IAF yang sudah digunakan sejak tahun 1970 dan akan habis masa pakai ditahun 1995.
ADA adalah sebuah konsorsium nasional yang membawahi sekitar seratus lebih Laboratorium pertahanan, organisasi industri dan institusi akademik untuk mengembangkan sistem tempur Fly-by-wire, Flight Control System dan Multi mode pulse doppler, akan tetapi pada awalnya mereka sangat membatasi peran Asing dalam proyek tersebut.
Pesawat menggunakan desain sayap Delta dan memakai Mesin jet Afterburner tunggal dan untuk pilihan awal HAL menggunakan mesin jet buatan Amerika General Electric F404-GE-IN20 sebagai powerplant sementara hingga Mesin jet turbofan buatan mereka sendiri
yaitu KAVERI GTRE GTX-35VS sudah siap.
General Electric F404-GE-IN20
Kaveri GTRE-GTX-35VS
Kaveri GTRE-GTX-35VS
Proyek ambisius LCA Tejas banyak menggunakan komponen Lokal dalam
pengerjaannya, ada sekitar 35 komponen Avionik utama dibuat sendiri dan
hanya melibatkan tiga kontraktor Asing
dalam pengerjaan Multi Function Displays (MFDs) dari Sextant (Perancis) dan Elbit (Israel), Helmet Mounted Display and Sight (HMDS) cueing system oleh Elbit, Laser pod supplied oleh Rafael (Israel) dan Kursi lontar Martin baker Ejection seat untuk komponen Import.
Namun pada Mei 1998 India melakukan Test Senjata Nuklir mereka yang mengakibatkan negara itu menerima sanksi Embargo dan komponen-komponen yang sedianya akan diimport terpaksa dibuat sendiri, pada awalnya mereka mengembangkan teknologi CFC (Composite Fibre Carbon) dan Glass Cockpit modern bahkan ADA malah memperoleh keuntungan dari Lisensi atas teknologi Autolay Intregated Automated Software System for the design and development of 3D Laminated Composite elements yang dibeli oleh Airbus dan Infosys.
Melalui berbagai riset teknologi terus menerus akhirnya ADA dapat memproduksi 70% komponen utama pesawat, termasuk MMR (Multi Mode Radar) buatan sendiri hingga bisa meminimalkan pembelian komponen import sekecil mungkin.
Konsep dikerjakan mulai Oktober 1987 sampai September 1988 dan ADA menunjuk Dassault Aviation Peracis sebagai konsultan untuk mengawasi pembuatan prototype pesawat.
Desain LCA telah diselesaikan tahun 1990 dengan desain sayap Delta kecil dan bermesin jet ringan yang mampu melakukan manuver yang stabil namun dengan Aviasi dan komposit berteknologi tinggi buatan sendiri membuat sikap kehati-hatian sangat penting dalam pengembangan rekayasa berskala penuh dan akan membagi program menjadi dua tahap.
Tahap pertama :
- Mewujudkan konsep menjadi pesawat demontrasi ( TD1 dan TD2 ) dan pembuatan spesimen
uji struktural badan pesawat dan setelah pesawat demonstrator berhasil akan diproduksi dua
buah Prototipe ( PV-1 dan PV-2 ) dan penciptaan infrastruktur dasar yang di perlukan dan
fasilitas pengujian akan dimulai.
Tahap kedua :
- Pembuatan prototipe selanjutnya ( PV-3 sebagai varian produksi, PV-4 sebagai varian Ang-
katan laut dan PV-5 sebagai varian pesawat latih ) serta pengujian di berbagai fasiltas pusat
produksi.
dalam pengerjaan Multi Function Displays (MFDs) dari Sextant (Perancis) dan Elbit (Israel), Helmet Mounted Display and Sight (HMDS) cueing system oleh Elbit, Laser pod supplied oleh Rafael (Israel) dan Kursi lontar Martin baker Ejection seat untuk komponen Import.
Namun pada Mei 1998 India melakukan Test Senjata Nuklir mereka yang mengakibatkan negara itu menerima sanksi Embargo dan komponen-komponen yang sedianya akan diimport terpaksa dibuat sendiri, pada awalnya mereka mengembangkan teknologi CFC (Composite Fibre Carbon) dan Glass Cockpit modern bahkan ADA malah memperoleh keuntungan dari Lisensi atas teknologi Autolay Intregated Automated Software System for the design and development of 3D Laminated Composite elements yang dibeli oleh Airbus dan Infosys.
Melalui berbagai riset teknologi terus menerus akhirnya ADA dapat memproduksi 70% komponen utama pesawat, termasuk MMR (Multi Mode Radar) buatan sendiri hingga bisa meminimalkan pembelian komponen import sekecil mungkin.
Konsep dikerjakan mulai Oktober 1987 sampai September 1988 dan ADA menunjuk Dassault Aviation Peracis sebagai konsultan untuk mengawasi pembuatan prototype pesawat.
Desain LCA telah diselesaikan tahun 1990 dengan desain sayap Delta kecil dan bermesin jet ringan yang mampu melakukan manuver yang stabil namun dengan Aviasi dan komposit berteknologi tinggi buatan sendiri membuat sikap kehati-hatian sangat penting dalam pengembangan rekayasa berskala penuh dan akan membagi program menjadi dua tahap.
Tahap pertama :
- Mewujudkan konsep menjadi pesawat demontrasi ( TD1 dan TD2 ) dan pembuatan spesimen
uji struktural badan pesawat dan setelah pesawat demonstrator berhasil akan diproduksi dua
buah Prototipe ( PV-1 dan PV-2 ) dan penciptaan infrastruktur dasar yang di perlukan dan
fasilitas pengujian akan dimulai.
Tahap kedua :
- Pembuatan prototipe selanjutnya ( PV-3 sebagai varian produksi, PV-4 sebagai varian Ang-
katan laut dan PV-5 sebagai varian pesawat latih ) serta pengujian di berbagai fasiltas pusat
produksi.
Tahap pertama dimulai tahun 1990 dan pembuatan pesawat demonstrator dimulai pertengahan
1991 namun akibat krisis keuangan pembangunan tertunda hingga april 1993 dan dimulai lagi
bulan juni, dan pada 17 November 1995 pesawat demonstrator TD-1 diluncurkan dan TD-2 di
tahun 1998 dengan berbagai masalah yang di temui karena alasan struktural dan pengembangan
sistem kontrol penerbangan.
Pengembangan sistem kontrol penerbangan membutuhkan pengetahuan luas mengenai hukum yang mengatur penerbangan, kode software untuk kontrol komputer serta integrasi dengan sistem Avionik dan sistem Elektronik dan berujung pada masalah dimana tidak ada negara yang
mau menjual program tersebut dan pada tahun 1992 india mendirikan LCA National Control Law (CLAW) sebagai payung hukum untuk Versi buatan India sendiri dan para ilmuwan di National Aeronautics Laboratory berhasil mengembangkan softwarenya namun terkendala dalam pengujian karena India tidak memiliki Alat Simulator yang canggih sehingga mau tidak mau mereka meminta bantuan BAe (British Aerospace) dan Lockheed Martin untuk membantu pengembangan perangkat lunak FCS mereka dan terbukti bahwa pekerjaan yang jauh lebih besar akan mereka hadapi melebihi perkiraan dan antisipasi mereka.
Pengujian pertama dilakukan di fasilitas simulator BAe meliputi test ‘minibird’ dan ‘ironbird’ dan test yang kedua di fasilitas simulator F16 VISTA (Variable In-Flight Stability Test Aircraft) milik Lockheed Martin pada juli 1996 meliputi 33 Test Flight akan tetapi di tahun 1998 dihentikan karena Embargo yang dijatukan U.S. karena test nuklir india.
Akhirnya Software FCS telah melalui 50 jam terbang dengan pesawat demonstrator TD-1 dan dinyatakan sempurna dan melakukan terbang perdana (Maiden Flight) di National Flight Test Center (NFTC) dekat Bangalore pada 4 januari 2001 dan penerbangan supersonik pertama telah berhasil dilakukan pada 1 agustus 2003 serta pesawat demonstrator TD-2 juga berhasil melakukan penerbangan perdana pada tanggal 6 juni 2002 dan komentar dari para pilot penguji mengatakan bahwa LCA sangat menakjubkan bahkan lebih baik dari pesawat Mirage 2000.
Pengembangan penting lain adalah masalah MMR (Multi Mode Radar) yang semula akan menggunakan Ericsson Microwave System PS-05/AI/J-band Multi Function Radar yang dikembangkan oleh Ericsson dan Ferranti Defence System Integration for Saab JAS-39 Gripen dari Swedia tapi urung dilakukan setelah berbagai pertimbangan dan akhirnya DRDO (Defence Research and Development Organisation) memutuskan untuk mengembangkan MMR di HAL divisi Hyderabad dan LRDE (Electronics and Radar Development Establishment) laboratorium unit di Bangalore sejak tahun 1997 dan DRDO’s Centre For Airborne Studies (CABS) bertanggungjawab untuk melakukan program test untuk MMR. Mulai tahun 1996-1997 CABS berhasi mengembangkan HAL/HS-748M Airborne Survelliance Post (ASP) Testbed menjadi testbed untuk sistem Avionik dan Radar LCA dengan memodifikasi hidung pesawat.
Pada pertengahan 2002 pengembangan MMR mengalami penundaan karena eskalasi biaya, pada awal 2005 MMR sudah menjalani uji dasar air to air look up dan look down mode dan bulan Mei 2006 terungkap bahwa kinerja beberapa mode tidak sesuai seperti harapan hingga dihentikan sementara waktu dan dilanjutkan dengan test Weapon, akar masalahnya adalah pada kompabilitas antara radar dengan SPM (Signal Processor Module) yang berujung pada pemilihan penggunaan radar asing dan prototipe ke tiga LSP-3 terbang pada 23 april 2010 dengan menggunakan radar gabungan dengan radar israel Eltas’s EL/M2032 pulse doppler.
1991 namun akibat krisis keuangan pembangunan tertunda hingga april 1993 dan dimulai lagi
bulan juni, dan pada 17 November 1995 pesawat demonstrator TD-1 diluncurkan dan TD-2 di
tahun 1998 dengan berbagai masalah yang di temui karena alasan struktural dan pengembangan
sistem kontrol penerbangan.
Pengembangan sistem kontrol penerbangan membutuhkan pengetahuan luas mengenai hukum yang mengatur penerbangan, kode software untuk kontrol komputer serta integrasi dengan sistem Avionik dan sistem Elektronik dan berujung pada masalah dimana tidak ada negara yang
mau menjual program tersebut dan pada tahun 1992 india mendirikan LCA National Control Law (CLAW) sebagai payung hukum untuk Versi buatan India sendiri dan para ilmuwan di National Aeronautics Laboratory berhasil mengembangkan softwarenya namun terkendala dalam pengujian karena India tidak memiliki Alat Simulator yang canggih sehingga mau tidak mau mereka meminta bantuan BAe (British Aerospace) dan Lockheed Martin untuk membantu pengembangan perangkat lunak FCS mereka dan terbukti bahwa pekerjaan yang jauh lebih besar akan mereka hadapi melebihi perkiraan dan antisipasi mereka.
Pengujian pertama dilakukan di fasilitas simulator BAe meliputi test ‘minibird’ dan ‘ironbird’ dan test yang kedua di fasilitas simulator F16 VISTA (Variable In-Flight Stability Test Aircraft) milik Lockheed Martin pada juli 1996 meliputi 33 Test Flight akan tetapi di tahun 1998 dihentikan karena Embargo yang dijatukan U.S. karena test nuklir india.
Akhirnya Software FCS telah melalui 50 jam terbang dengan pesawat demonstrator TD-1 dan dinyatakan sempurna dan melakukan terbang perdana (Maiden Flight) di National Flight Test Center (NFTC) dekat Bangalore pada 4 januari 2001 dan penerbangan supersonik pertama telah berhasil dilakukan pada 1 agustus 2003 serta pesawat demonstrator TD-2 juga berhasil melakukan penerbangan perdana pada tanggal 6 juni 2002 dan komentar dari para pilot penguji mengatakan bahwa LCA sangat menakjubkan bahkan lebih baik dari pesawat Mirage 2000.
Pengembangan penting lain adalah masalah MMR (Multi Mode Radar) yang semula akan menggunakan Ericsson Microwave System PS-05/AI/J-band Multi Function Radar yang dikembangkan oleh Ericsson dan Ferranti Defence System Integration for Saab JAS-39 Gripen dari Swedia tapi urung dilakukan setelah berbagai pertimbangan dan akhirnya DRDO (Defence Research and Development Organisation) memutuskan untuk mengembangkan MMR di HAL divisi Hyderabad dan LRDE (Electronics and Radar Development Establishment) laboratorium unit di Bangalore sejak tahun 1997 dan DRDO’s Centre For Airborne Studies (CABS) bertanggungjawab untuk melakukan program test untuk MMR. Mulai tahun 1996-1997 CABS berhasi mengembangkan HAL/HS-748M Airborne Survelliance Post (ASP) Testbed menjadi testbed untuk sistem Avionik dan Radar LCA dengan memodifikasi hidung pesawat.
Pada pertengahan 2002 pengembangan MMR mengalami penundaan karena eskalasi biaya, pada awal 2005 MMR sudah menjalani uji dasar air to air look up dan look down mode dan bulan Mei 2006 terungkap bahwa kinerja beberapa mode tidak sesuai seperti harapan hingga dihentikan sementara waktu dan dilanjutkan dengan test Weapon, akar masalahnya adalah pada kompabilitas antara radar dengan SPM (Signal Processor Module) yang berujung pada pemilihan penggunaan radar asing dan prototipe ke tiga LSP-3 terbang pada 23 april 2010 dengan menggunakan radar gabungan dengan radar israel Eltas’s EL/M2032 pulse doppler.
MMR HAL Tejas dan Elta’s EL/M2032
Masalah Engine
Pada awalnya diputuskan pesawat prototipe menggunakan mesin turbofan General Electric F404-GE-F2J3 Afterburning dan Mesin turbofan buatan sendiri ‘Kaveri’ akan digunakan untuk pesawat produksi nantinya akan tetapi berbagai kedala menyatakan bahwa kaveri belum siap.
Pada pertengahan 2004 Kaveri gagal test ketinggian di Rusia sehingga mengandaskan harapan
untuk menggunakannya pada pesawat produksi pertama, akhirnya IAF memutuskan untuk pengadaan mesin turbofan F404-GE-IN20 untuk delapan pesawat LSP dan dua varian Naval.
ADA menganggarkan 105 juta dollar US kepada General Electric untuk biaya produksi dan pengembangan mesin F404-GE-IN20 dan pengiriman sudah dimulai pada tahun 2006.
Pada bulan februari 2006 sebuah perusahaan perancis RFP menawarkan pengembangan mesin kaveri pada perusahaan pesawat terbang perancis SNECMA untuk mengatasi masalah pada Kaveri dengan mengambil basis engine M88-2 SNECMA sebagai inti mesin dari mesin kaveri baru yang sebagaimana mesin tersebut juga digunakan pada pesawat tempur Rafale dan DRDO memasukkannya sebagai pilihan ketiga dan tidak akan ikut berpartisipasi didalamnya.
Pada tahun 2007 HAL order kembali 24 mesin F404-GE-IN20 untuk dipasang pada skuadron operasional pertama LCA Tejas Indian Air Force dimana sebelumnya sudah menjalani pengujian jam terbang selama 330 jam untuk misi akselerasi dan 1000 jam operasi penerbangan.
Pada tahun 2008 Kaveri dinyatakan belum siap karena target untuk mendapatkan kisaran kecepatan 95 – 100 kilonewton (21.000 – 23.000 lbf) yang memungkinkan pesawat untuk melakukan manuver tempur dengan beban senjata yang optimal belum tercapai, dan peserta tender yang lain ada mesin EUROJET EJ200 dan General Electric GE F414 yang menawarkan teknologi turbin kristal pisau tunggal ditolak oleh ilmuwan India pada awalnya. Sumber di IAF mengatakan mungkin butuh tiga sampai empat tahun untuk merancang ulang badan pesawat agar dapat mengakomodasi berat mesin baru karena sebelumnya sudah memakai mesin F404-GE-IN20 untuk pesawat produksi pertama.
Dilaporkan juga bahwa Eurojet telah menawarkan dua varian mesin EJ-200 untuk LCA Tejas varian angkatan laut dan penawaran untuk membantu pengembangan mesin Kaveri, akhirnya setelah melalui berbagai proses penawaran diperoleh hasil bahwa General Electric dengan mesin GE F414 adalah penawar terendah dan memenangkan tender pembelian mesin pesawat dan pada 20 september 2010 DRDO mengumumkan akan membeli 99 mesin GE F414 dimana produksi awal dilakukan di Amerika dan sisanya akan diproduksi di india dengan metode T.O.T (Transfer Of Technology) sebagai langkah yang tepat untuk kemandirian alutista.
Pada bulan maret 2005 IAF menganggarkan 2.000 crore rupee (US$454 million) untuk pembuatan 20 pesawat dan 20 pesawat lagi untuk order selanjutnya dimana 40 pesawat semua memakai mesin F404-GE-IN20, kemudian IAF membentuk IOC (Initial Operating Clearance) yang terdiri atas 14 anggota yang berasal dari para pilot dan perwira serta dikepalai oleh seorang Marsekal muda, bertugas di Bangalore dimana tugas mereka untuk mengawasi, menguji dan mengembangkan teknologi LCA agar selesai sesuai rencana.
Prototipe pesawat LSP-1, LSP-2, LSP-3 telah selesai diuji dan LSP-4 difokuskan untuk operasional di angkatan laut dan akhirnya di bulan november 2009 varian trainer telah melakukan terbang perdana.
Pemerintah India mengeluarkan dan 8.000 crore rupee (US$1,82 billion) untuk memulai produksi tempur LCA Tejas untuk IAF dan NAVY dengan rencana pembuatan 50 pesawat dan sebelumnya Prototipe pertama telah berhasil diluncurkan pada juli 2010.
Pada awalnya diputuskan pesawat prototipe menggunakan mesin turbofan General Electric F404-GE-F2J3 Afterburning dan Mesin turbofan buatan sendiri ‘Kaveri’ akan digunakan untuk pesawat produksi nantinya akan tetapi berbagai kedala menyatakan bahwa kaveri belum siap.
Pada pertengahan 2004 Kaveri gagal test ketinggian di Rusia sehingga mengandaskan harapan
untuk menggunakannya pada pesawat produksi pertama, akhirnya IAF memutuskan untuk pengadaan mesin turbofan F404-GE-IN20 untuk delapan pesawat LSP dan dua varian Naval.
ADA menganggarkan 105 juta dollar US kepada General Electric untuk biaya produksi dan pengembangan mesin F404-GE-IN20 dan pengiriman sudah dimulai pada tahun 2006.
Pada bulan februari 2006 sebuah perusahaan perancis RFP menawarkan pengembangan mesin kaveri pada perusahaan pesawat terbang perancis SNECMA untuk mengatasi masalah pada Kaveri dengan mengambil basis engine M88-2 SNECMA sebagai inti mesin dari mesin kaveri baru yang sebagaimana mesin tersebut juga digunakan pada pesawat tempur Rafale dan DRDO memasukkannya sebagai pilihan ketiga dan tidak akan ikut berpartisipasi didalamnya.
Pada tahun 2007 HAL order kembali 24 mesin F404-GE-IN20 untuk dipasang pada skuadron operasional pertama LCA Tejas Indian Air Force dimana sebelumnya sudah menjalani pengujian jam terbang selama 330 jam untuk misi akselerasi dan 1000 jam operasi penerbangan.
Pada tahun 2008 Kaveri dinyatakan belum siap karena target untuk mendapatkan kisaran kecepatan 95 – 100 kilonewton (21.000 – 23.000 lbf) yang memungkinkan pesawat untuk melakukan manuver tempur dengan beban senjata yang optimal belum tercapai, dan peserta tender yang lain ada mesin EUROJET EJ200 dan General Electric GE F414 yang menawarkan teknologi turbin kristal pisau tunggal ditolak oleh ilmuwan India pada awalnya. Sumber di IAF mengatakan mungkin butuh tiga sampai empat tahun untuk merancang ulang badan pesawat agar dapat mengakomodasi berat mesin baru karena sebelumnya sudah memakai mesin F404-GE-IN20 untuk pesawat produksi pertama.
Dilaporkan juga bahwa Eurojet telah menawarkan dua varian mesin EJ-200 untuk LCA Tejas varian angkatan laut dan penawaran untuk membantu pengembangan mesin Kaveri, akhirnya setelah melalui berbagai proses penawaran diperoleh hasil bahwa General Electric dengan mesin GE F414 adalah penawar terendah dan memenangkan tender pembelian mesin pesawat dan pada 20 september 2010 DRDO mengumumkan akan membeli 99 mesin GE F414 dimana produksi awal dilakukan di Amerika dan sisanya akan diproduksi di india dengan metode T.O.T (Transfer Of Technology) sebagai langkah yang tepat untuk kemandirian alutista.
Pada bulan maret 2005 IAF menganggarkan 2.000 crore rupee (US$454 million) untuk pembuatan 20 pesawat dan 20 pesawat lagi untuk order selanjutnya dimana 40 pesawat semua memakai mesin F404-GE-IN20, kemudian IAF membentuk IOC (Initial Operating Clearance) yang terdiri atas 14 anggota yang berasal dari para pilot dan perwira serta dikepalai oleh seorang Marsekal muda, bertugas di Bangalore dimana tugas mereka untuk mengawasi, menguji dan mengembangkan teknologi LCA agar selesai sesuai rencana.
Prototipe pesawat LSP-1, LSP-2, LSP-3 telah selesai diuji dan LSP-4 difokuskan untuk operasional di angkatan laut dan akhirnya di bulan november 2009 varian trainer telah melakukan terbang perdana.
Pemerintah India mengeluarkan dan 8.000 crore rupee (US$1,82 billion) untuk memulai produksi tempur LCA Tejas untuk IAF dan NAVY dengan rencana pembuatan 50 pesawat dan sebelumnya Prototipe pertama telah berhasil diluncurkan pada juli 2010.
HAL Tejas mempunyai delapan cantelan di badan pesawat dan mampu
membawa beban maksimal 4000 kg muatan persenjataan dan bahan bakar,
Armament yang biasa dipasang kebanyakan dari Rusia meliputi rudal Astra,
R-77(AA-12 Adder), R-73(AA-11 Archer), misil KH-59 Laser guide, KH-35,
KH-31 misil Anti-kapal, berbagai macam bom dan senapan Twin barrel 23-mm
Cannon.
Day 1 Air Display
LCA NAVY / Tejas MK2 Model
10 Januari akan menjadi tonggak bersejarah dari proyek ADA yaitu
Initial operational clearance (IOC) dari HAL Tejas berikut adalah update
berita dan gambar mengutip dari team Livefist.blogspot.com.
Press conference dari IAF Chief PV Naik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar