Eurofighter Typhoon
Eurofighter Typhoon
Eurofighter Typhoon adalah pesawat tempur multirole generasi keempat
dengan desain sayap Delta dan Canard buatan konsorsium bersama
negara-negara Eropa dalam Eurofighter GmbH, Holding Company Eurofighter
GmbH terdiri atas tiga perusahaan aeronautical ternama seperti Alenia
Aeronautica (Itali), BAE System (United Kingdom), EADS ( Perancis,
Jerman dan Spanyol) yang dibentuk mulai tahun 1986. Proyek tersebut
dikelola oleh NATO Eurofighter and Tornado Management Agency. Sampai
saat ini Typoon sudah dipakai di British Royal Air Force, German
Luftwaffe, Italian Air Force, Spanish Air Force dan Austrian Air Force
serta Saudi Arabia telah meneken kontrak pembelian senilai U.S$ 9.5
billion untuk 72 unit pesawat berbeda dengan Dassault Rafale yang belum
menghasilkan kontrak di satu negarapun meskipun pengembangannya
dilakukan bersama-sama pada awalnya.
Sejarah pengembangan
Pada tahun 1979 British Aerospace dan Messerschmitt Bolkow Blohm menawarkan proposal resmi kepada pemerintah masing-masing untuk membentuk ECF (European Collaborative Fighter), dan pada bulan oktober 1979 Dassault bergabung dan membentuk tri national study yang kemudian dikenal sebagai European Combat Aircraft sebagai awal mula pengembangan pesawat dan nama Eurofighter pun melekat dalam diri pesawat. Akan tetapi masing-masing membuat prototipe sendiri-sendiri, Perancis dengan ACX, Inggris dengan P.106 ( Desain pesawat tempur ringan bermesin tunggal/ yang mirip dengan Jas 39 Gripen ) dan P.110 ( Desain mesin ganda ), namun Royal Air Force menolak desain P.106 karena alasan efektifitas biaya dengan mesin ganda. Jerman barat membuat konsep TFK-90, namun pada tahun 1981 proyek ECA bangkrut dikarenakan berbagai alasan dan perbedaan kebutuhan, Dassault mendesak untuk memimpin desain dan meminta Inggris untuk memberi referensi menggunakan mesin jet RB-199 yang baru atau mesin jet Snecma M88 mereka. Pada bulan april 1982 Panavia partners (BAE, MBB, Aeritalia) meluncurkan program ACA lagi, desain ACA sangat mirip dengan konsep P.110 BAE, memiliki sayap Delta, adanya Canard dan ekor kembar dan perbedaan yang mencolok adalah penggantian saluran udara (air intake) di samping menjadi posisi di dagu pesawat, mesin menggunakan versi modifikasi dari mesin jet RB199. Pemerintah Jerman dan Italia menarik dana dan Departemen pertahanan Inggris setuju untuk mendanai 50% dan sisanya akan ditanggung oleh Industri yang terlibat didalamnya. MBB dan Aeritalia ikut mendaftar untuk menghasilkan dua pesawat, satu di Warton dan satu di MBB, Pada bulan mei 1983 BAE mengumumkan kontrak dengan Kementrian pertahanan untuk pengembangan dan produksi sebuah ACA demonstrator atau Experimental Aircraft Programme.
Sejarah pengembangan
Pada tahun 1979 British Aerospace dan Messerschmitt Bolkow Blohm menawarkan proposal resmi kepada pemerintah masing-masing untuk membentuk ECF (European Collaborative Fighter), dan pada bulan oktober 1979 Dassault bergabung dan membentuk tri national study yang kemudian dikenal sebagai European Combat Aircraft sebagai awal mula pengembangan pesawat dan nama Eurofighter pun melekat dalam diri pesawat. Akan tetapi masing-masing membuat prototipe sendiri-sendiri, Perancis dengan ACX, Inggris dengan P.106 ( Desain pesawat tempur ringan bermesin tunggal/ yang mirip dengan Jas 39 Gripen ) dan P.110 ( Desain mesin ganda ), namun Royal Air Force menolak desain P.106 karena alasan efektifitas biaya dengan mesin ganda. Jerman barat membuat konsep TFK-90, namun pada tahun 1981 proyek ECA bangkrut dikarenakan berbagai alasan dan perbedaan kebutuhan, Dassault mendesak untuk memimpin desain dan meminta Inggris untuk memberi referensi menggunakan mesin jet RB-199 yang baru atau mesin jet Snecma M88 mereka. Pada bulan april 1982 Panavia partners (BAE, MBB, Aeritalia) meluncurkan program ACA lagi, desain ACA sangat mirip dengan konsep P.110 BAE, memiliki sayap Delta, adanya Canard dan ekor kembar dan perbedaan yang mencolok adalah penggantian saluran udara (air intake) di samping menjadi posisi di dagu pesawat, mesin menggunakan versi modifikasi dari mesin jet RB199. Pemerintah Jerman dan Italia menarik dana dan Departemen pertahanan Inggris setuju untuk mendanai 50% dan sisanya akan ditanggung oleh Industri yang terlibat didalamnya. MBB dan Aeritalia ikut mendaftar untuk menghasilkan dua pesawat, satu di Warton dan satu di MBB, Pada bulan mei 1983 BAE mengumumkan kontrak dengan Kementrian pertahanan untuk pengembangan dan produksi sebuah ACA demonstrator atau Experimental Aircraft Programme.
gambar prototipe BAE P.110
Pada tahun 1983 Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Spanyol
meluncurkan program Future European Fighter Aircraft (FEFA), pesawat ini
memiliki sistem STOL (Short Take Off and Landing) dan kemampuan BVR
(Beyond Visual Range), pada tahun 1984 Perancis meminta kemampuan lebih
pada pesawat dan ingin mendominasi kepemimpinan dan hasilnya Inggris,
Italia dan Jerman keluar dan membentuk program FEFA sendiri. Di turin
agustus 1985 Italia, Jerman barat dan Inggris setuju unutk meneruskan
program Eurofighter, pengunguman ini menegaskan juga bahwa perancis dan
spanyol tidak ikut serta dalam program, meskipun pada awalnya spanyol
tidak ikut karena tekanan perancis namun spanyol bergabung kembali pada
september 1985. Perancis secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya
dan meneruskan program pesawat ACX lagi yang kemudian kita kenal dengan
Dassault Rafale. Pada tahun 1986 diumumkan biaya program mencapai £180
million, dan ketika program EAP dimulai seharusnya biaya ditanggung
bersama oleh pemerintah dan tiga industri terkait akan tetapi perjanjian
ketiga pemerintah mulai goyah dan tiga industri (BAe, MBB dan
Aeritalia) terpaksa mengeluarkan £100 million agar program tetap
berjalan, pada bulan april 1986 BAe EAP dikeluarkan di BAe Warton dan
sebagian didanai oleh BAe, MBB dan Aeritalia. EAP pertama kali terbang
pada 6 agustus 1986 dan dengan berbagai riset dan pengembangan selama 5
tahun konsep Eurofighter didasarkan pada desain EAP. Perjanjian produksi
awal adalah Inggris 250 unit, Jerman 250 unit, Itali 165 unit dan
Spanyol 100 unit, bagian dari proses produksi dibagi atas proporsi
industri di tiap-tiap negara, BAe (33%), DASA (33%), Aeritalia (21%) dan
CASA (13%). Munich tahun 1986 Eurofighter Jagdflugzeug GmbH didirikan
untuk mengelola pengembangan proyek dan Eurojet Turbo GmbH sebuah
aliansi dari Roll Royce, MTU Aero engine, Fiat Avio dan ITP untuk
mengembangkan mesin jet EJ-200 Turbofan, Pesawat ini juga disebut
Eurofighter EFA diakhir tahun 1980 dan dinamakan EF 2000 pada tahun
1992.
gambar mesin jet EJ 2000 Turbofan
gambar mesin jet EJ 2000 Turbofan
Pada tahun 1990 pemilihan Radar pesawat menjadi masalah serius,
Inggris, Italia dan Spanyol mendukung Ferranti Defence System / ECR-90
sedangkan Jeman memilih MSD 2000 berbasis APG-65 ( buatan Hughes, AEG
dan GEC-Marconi). Sebuah kesepakatan dicapai setelah Menteri pertahanan
Inggris meyakinkan pihak Jerman bahwa pemerintah Inggris akan menanggung
biaya dan mengikutsertakan GEC-Marconi ke dalam Ferranti Defence System
sehingga GEC menarik diri dari pengembangan MSD 2000. Penerbangan
perdana prototipe Eurofighter berlangsung pada 27 maret 1994, Peter
Weger kepala pilot penguji dari DASA melakukan uji penerbangan di
sekitar Bavaria, dan pada 9 desember 2004 prototipe Eurofighter Typoon
IPA4 menjalani tiga bulan test Cold Environmental Trial (CET) di
pangkalan udara Vidsel, Swedia. Tujuannya adalah menverivikasi perilaku
operasional pesawat dan sistem dalam suhu antara -25 dan -31 derajat
celecius. Pada Mei 2007 Eurofighter Development Aircraft 5 berhasil
terbang perdana menggunakan CAESAR Demonstrator yang merupakan
pengembangan dari Euroradar CAPTOR digabung dengan teknologi AESA
(Active Electronically Scanned Array). Penerbangan perdana IPA7 telah
lengkap dalam tahap kedua di lapangan terbang EADs Manching pada 16
januari 2008. Produksi Versi radar CAPTOR-E sedang diusulkan untuk tahap
ketiga produksi Typoon mulai tahun 2012 , tahap kedua tidak menggunakan
AESA, mekanikal scan radar CAPTOR-M mencakup ketentuan berat dan ruang
yang memungkinkan untuk meng-upgrade CAESAR(AESA) Standart di masa
depan. Angkatan Udara Italia meragukan bahwa radar AESA akan siap pada
tahap ketiga produksi, pada bulan juli 2010 Eurofighter mengungumkan
bahwa radar AESA akan mulai digunakan pada tahun 2015.
gambar radar ECR-90 CAPTOR dan AESA
gambar prototipe CAESAR
Kontrak produksi pertama di tandatangani pada tanggal 30 januari 1998 antara Eurofighter GmbH, Eurojet dan NETMA, jumlah total pengadaan adalah sebagai berikut : Inggris 232 unit, jerman 180 unit, Italia 121 unit dan Spanyol 87 unit. Produksi kembali di alokasikan menurut pengadaan, BAe (37%), DASA (29%), Aeritalia (19,5%) dan CASA (14%). Pada tanggal 2 september 1998 Upacara penamaan diadakan di Farnborough Inggris, diberi nama resmi Typhoon tapi hanya versi export saja pada awalnya tapi ditentang oleh Jerman karena sama dengan nama pesawat Hawker Typoon pesawat pembom RAF waktu perang WWII dengan Nazi jerman, diusulkan lagi nama Splitfire namun ditolak lagi dengan alasan ada nama pesawat yang sama. Pada September 1998 ditandatangani kontrak untuk produksi 148 unit pesawat pada tranche (tahap produksi) pertama dan pengadaan barang yang relatif lama sampai Tranche kedua, pada bulan maret 2008 pesawat terakhir dari tranch pertama telah dikirim berturut-turut ke Luftwaffe Jerman sebelum tranche kedua dan pada 21 oktober 2008 pesawat pertama dari order 91 pesawat pada tranche kedua telah dikirim ke RAF Coningsby. Pada bulan oktober 2008 negara -negara anggota Eurofighter mempertimbangkan untuk membagi 236 unit pesawat dalam Tranche ketiga menjadi dua tahap di bulan juni 2009. Marsekal Udara RAF Sir Glenn Torpy menyarankan bahwa armada RAF mungkin hanya 123 jet dari 232 unit yang direncanakan, dalam menanggapi pengurangan jumlah pesawat PM Inggris Gordon Brown menegaskan Inggris akan bergerak maju pada pembelian batch ketiga. Sebuah kontrak untuk bagian pertama tranche 3a ditandatangani di akhir juli 2009 untuk 112 split pesawat untuk empat negara mitra, Inggris 40 unit, Jerman 31 unit, Italia 21 unit dan Spanyol 20 unit. 40 pesawat ini dikatakan menutupi saham Inggris dalam proyek oleh Komodor Udara Chris Bushell dikarenakan biaya lebih yang diberikan dalam proyek. Pada tahun 1988 Parlemen di bawah sekretaris negara angkatan bersenjata inggris mengatakan kepada House of Commons bahwa Eurofighter akan menjadi proyek besar, biaya inggris sebesar £7 milliar namun perkiraan realistisnya sekitar £13 milliar, terdiri atas £3.3 miliiar biaya pengembangan plus £30 juta per pesawat, pada tahun 1997 perkiraan biaya adalah £17 milliar, tahun 2003 £20 milliar dihitung dari pengiriman pesawat pertama ke RAF selama 54 bulan namun pada tahun 2003 Departemen pertahanan menolak untuk merilis perkiraan biaya dengan alasan ketidaketisan. Pada 21 november 2003 prototipe kursi ganda DA-6 jatuh karena mesin jet terbakar kata penyelidikan dari sumber yang terkait namun tak ada korban jiwa. Produksi Eurofigter Typoon termasuk unik karena perakitan bagian pesawat dilakukan di empat negara mitra, negara mitra merakit pesawatnya sendiri-sendiri tapi memproduksi komponen yang sama dalam produksi 683 unit pesawat termasuk order export. sebuah jalur perakitan kelima akan dibentuk untuk memproduksi 48 unit pesanan Arab Saudi.
Pembagian kerja produksi :
* Alenia Aeronautica : Left wing, outboard flaperons, rear fuselage sections.
* BAE System : Front fuselage(including foreplanes), canopy, dorsal spine, tail fin, inboard flaperons, rear fuselage section.
* EADS Deutschland : Main centre fuselage.
* CASA : Right wing, leading edge slats.
Airframe dan Avionik
Eurofighter Typhoon menggunakan konstruksi ringan terdiri atas 82% komposit yang terdiri atas 70% komposit serat karbon dan 12% kaca bertulang komposit dengan umur diperkirakan selama 6000 jam terbang. Pesawat dapat mencapai kecepatan supersonik dan rendah dengan kelincahan yang tinggi berkat adanya sistem kontrol quadruplex digital fly-by-wire yang memberikan stabilitas buatan karena pengoperasian manual saja tidak cukup, juga sebagai peringatan kepada pilot agar tidak melakukan manuver yang berbahaya. Roll kontrol ini dicapai dengan menggunakan flaperon sayap, kontrol pitch adalah dengan operasi foreplanes dan flaperons, kontrol yaw dengan kemudi. kontrol permukaan dipindahkan melalui dua sistem hidrolik independen yang tergabung dalam pesawat yang juga menyediakan berbagai barang lainnya seperti rem, kanopi dan roda pesawat. setiap sistem hidrolik didukung oleh mesin gearbox yang bertenaga 4000 psi. Navigasi bisamenggunakan GPS dan sistem navigasi inersial, Typhoon juga menggunakan ILS (Instrument landing System) untuk mendarat dalam cuaca yang buruk. Pesawat menggunakan sistem pertahanan terintegrasi Aids sub-Sytem bernama Praetorian (sebelumnya disebut EuroDASS), threat detection menggunakan Radar Warning Receiver (RWR) dan Laser Warning Receiver(LWR) namun hanya ada di Typhoon versi inggris saja dan perlindungan pesawat menggunakan Chaff, Jaff dan Flares, Electronic Counter Measures (ECM) dan Towed Radar Decoy (TWD). Praetorian memantau dan merespon secara otomatis dunia luar, ini memberikan pilot dengan penilaian prioritas serba udara ke udara dan ancaman udara ke permukaan serta dapat merespon ancaman tunggal maupun ganda. Pesawat juga dilengkapi dengan sistem peringatan jarak ke tanah TERPROM Terrain Referenced Navigation (TRN) seperti yang digunakan pada Tornado Panavia tetapi lebih ditingkatkan dan terintegrasi kedalam display kokpit. Multifunctional Information Distribution System (MIDS) menyediakan 16 data link. Eurofighter Typhoon mempunyai kokpit kaca tanpa instrumen konvesional termasuk tiga display berwarna Multi-function Head Down Display (MHDDs) (dengan format yang dimanipulasi menggunakan sotkeys, kursor XY dan perintah suara (DVI)), Head Up Display (HUD) yang lebar dengan FLIR (Forward Looking Infra Red), Voice and Hands on Throttle and Stick ( voice + HOTAS), Helmet Mounted Symbology System (HMSS) atau juga dikenal sebagai ” Electric Hat”, Multi Function Information Distribution System (MIDS), Manual Data Entry Facility (MDEF) yang terletak di glareshield kiri dan sistem peringatan pesawat terintegrasi Dedicated Warnings Panel (DWP), Reversionari instrumen terbang dengan lampu LED yang terletak di bawah kanan glareshield berengsel. Pilot pesawat menggunakan sebuah tongkat utama di tengah dan tongkat Throttle di tangan kiri, emergency exit menggunakan kursi lontar Martin Baker dengan dua motor roket.
gambar kokpit, helm dan ejection seat
DVI sistem Typhoon memanfatkan Speech Recognition Modules (SRM) yang dikembangkan oleh Smiths Aerospace (sekarang menjadi GE Aviation System) kemudian dikembangkan oleh Computing Devices (sekarang menjadi General Dynamics UK) itu adalah DVI sistem pertama yang digunakan dalam kokpit militer, DVI menyediakan pilot dengan mode alam tambahan komando dan kontrol atas sekitar 26 fungsi non-critical kokpit untuk mengurangi beban kerja pilot, meningkatkan keselamatan pesawat dan memperluas kemampuan misi. Sebuah terobosan teknologi penting selama perkembangan DVI terjadi pada tahun 1987 ketika Texa Instruments memproduksi TMS-320-C30 Digital Signal Processor (DSP), kemajuan besar dalam kemasan DVI dari sistem besar yang komplex untuk sebuah kartu modul tunggal. Awal kemajuan yang bisa meningkatkan kemampuan sistem, proyek ini dilanjutkan di bulan juli 1997 dengan pengembangan dan penilaian pilot di Eurofighter Active Cockpit Simulator BAE System warton. Sistem DVI adalah Speaker tergantung yang mengharuskan setiap pilot untuk membuat template, hal ini tidak digunakan untuk tugas-tugas keselamatan dan senjata yang kritis seperti menurunkan senjata atau membuka pintu bawah tapi digunakan untuk fungsi kokpit yang lain. Perintah suara dikonfirmasi oleh umpan balik pengelihatan dan pendengaran, sistem ini dipandang sebagai fitur desain utama dalam mengurangi beban kerja pilot dan bahkan memungkinkan pilot untuk menetapkan target untuk dirinya dengan dua perintah sederhana atau ke salah satu wingman dengan hanya lima perintah. Dalam pesawat standart proteksi G force disediakan oleh pakaian Full Cover Anti G Trousers (FCAGTs), ini spesial dikembangkan untuk memberi perlindungan hingga tekanan 9G. Pilot Typhoon angkatan udara Jerman dan Austria mengenakan setelan G hidrostatis bernama Libelle (Dragonfly) Multi-G plus yang juga memberikan perlindungan ke lengan, secara teoritis memberikan toleransi yang komplex terhadap tekanan G.
gambar prototipe CAESAR
Kontrak produksi pertama di tandatangani pada tanggal 30 januari 1998 antara Eurofighter GmbH, Eurojet dan NETMA, jumlah total pengadaan adalah sebagai berikut : Inggris 232 unit, jerman 180 unit, Italia 121 unit dan Spanyol 87 unit. Produksi kembali di alokasikan menurut pengadaan, BAe (37%), DASA (29%), Aeritalia (19,5%) dan CASA (14%). Pada tanggal 2 september 1998 Upacara penamaan diadakan di Farnborough Inggris, diberi nama resmi Typhoon tapi hanya versi export saja pada awalnya tapi ditentang oleh Jerman karena sama dengan nama pesawat Hawker Typoon pesawat pembom RAF waktu perang WWII dengan Nazi jerman, diusulkan lagi nama Splitfire namun ditolak lagi dengan alasan ada nama pesawat yang sama. Pada September 1998 ditandatangani kontrak untuk produksi 148 unit pesawat pada tranche (tahap produksi) pertama dan pengadaan barang yang relatif lama sampai Tranche kedua, pada bulan maret 2008 pesawat terakhir dari tranch pertama telah dikirim berturut-turut ke Luftwaffe Jerman sebelum tranche kedua dan pada 21 oktober 2008 pesawat pertama dari order 91 pesawat pada tranche kedua telah dikirim ke RAF Coningsby. Pada bulan oktober 2008 negara -negara anggota Eurofighter mempertimbangkan untuk membagi 236 unit pesawat dalam Tranche ketiga menjadi dua tahap di bulan juni 2009. Marsekal Udara RAF Sir Glenn Torpy menyarankan bahwa armada RAF mungkin hanya 123 jet dari 232 unit yang direncanakan, dalam menanggapi pengurangan jumlah pesawat PM Inggris Gordon Brown menegaskan Inggris akan bergerak maju pada pembelian batch ketiga. Sebuah kontrak untuk bagian pertama tranche 3a ditandatangani di akhir juli 2009 untuk 112 split pesawat untuk empat negara mitra, Inggris 40 unit, Jerman 31 unit, Italia 21 unit dan Spanyol 20 unit. 40 pesawat ini dikatakan menutupi saham Inggris dalam proyek oleh Komodor Udara Chris Bushell dikarenakan biaya lebih yang diberikan dalam proyek. Pada tahun 1988 Parlemen di bawah sekretaris negara angkatan bersenjata inggris mengatakan kepada House of Commons bahwa Eurofighter akan menjadi proyek besar, biaya inggris sebesar £7 milliar namun perkiraan realistisnya sekitar £13 milliar, terdiri atas £3.3 miliiar biaya pengembangan plus £30 juta per pesawat, pada tahun 1997 perkiraan biaya adalah £17 milliar, tahun 2003 £20 milliar dihitung dari pengiriman pesawat pertama ke RAF selama 54 bulan namun pada tahun 2003 Departemen pertahanan menolak untuk merilis perkiraan biaya dengan alasan ketidaketisan. Pada 21 november 2003 prototipe kursi ganda DA-6 jatuh karena mesin jet terbakar kata penyelidikan dari sumber yang terkait namun tak ada korban jiwa. Produksi Eurofigter Typoon termasuk unik karena perakitan bagian pesawat dilakukan di empat negara mitra, negara mitra merakit pesawatnya sendiri-sendiri tapi memproduksi komponen yang sama dalam produksi 683 unit pesawat termasuk order export. sebuah jalur perakitan kelima akan dibentuk untuk memproduksi 48 unit pesanan Arab Saudi.
Pembagian kerja produksi :
* Alenia Aeronautica : Left wing, outboard flaperons, rear fuselage sections.
* BAE System : Front fuselage(including foreplanes), canopy, dorsal spine, tail fin, inboard flaperons, rear fuselage section.
* EADS Deutschland : Main centre fuselage.
* CASA : Right wing, leading edge slats.
Airframe dan Avionik
Eurofighter Typhoon menggunakan konstruksi ringan terdiri atas 82% komposit yang terdiri atas 70% komposit serat karbon dan 12% kaca bertulang komposit dengan umur diperkirakan selama 6000 jam terbang. Pesawat dapat mencapai kecepatan supersonik dan rendah dengan kelincahan yang tinggi berkat adanya sistem kontrol quadruplex digital fly-by-wire yang memberikan stabilitas buatan karena pengoperasian manual saja tidak cukup, juga sebagai peringatan kepada pilot agar tidak melakukan manuver yang berbahaya. Roll kontrol ini dicapai dengan menggunakan flaperon sayap, kontrol pitch adalah dengan operasi foreplanes dan flaperons, kontrol yaw dengan kemudi. kontrol permukaan dipindahkan melalui dua sistem hidrolik independen yang tergabung dalam pesawat yang juga menyediakan berbagai barang lainnya seperti rem, kanopi dan roda pesawat. setiap sistem hidrolik didukung oleh mesin gearbox yang bertenaga 4000 psi. Navigasi bisamenggunakan GPS dan sistem navigasi inersial, Typhoon juga menggunakan ILS (Instrument landing System) untuk mendarat dalam cuaca yang buruk. Pesawat menggunakan sistem pertahanan terintegrasi Aids sub-Sytem bernama Praetorian (sebelumnya disebut EuroDASS), threat detection menggunakan Radar Warning Receiver (RWR) dan Laser Warning Receiver(LWR) namun hanya ada di Typhoon versi inggris saja dan perlindungan pesawat menggunakan Chaff, Jaff dan Flares, Electronic Counter Measures (ECM) dan Towed Radar Decoy (TWD). Praetorian memantau dan merespon secara otomatis dunia luar, ini memberikan pilot dengan penilaian prioritas serba udara ke udara dan ancaman udara ke permukaan serta dapat merespon ancaman tunggal maupun ganda. Pesawat juga dilengkapi dengan sistem peringatan jarak ke tanah TERPROM Terrain Referenced Navigation (TRN) seperti yang digunakan pada Tornado Panavia tetapi lebih ditingkatkan dan terintegrasi kedalam display kokpit. Multifunctional Information Distribution System (MIDS) menyediakan 16 data link. Eurofighter Typhoon mempunyai kokpit kaca tanpa instrumen konvesional termasuk tiga display berwarna Multi-function Head Down Display (MHDDs) (dengan format yang dimanipulasi menggunakan sotkeys, kursor XY dan perintah suara (DVI)), Head Up Display (HUD) yang lebar dengan FLIR (Forward Looking Infra Red), Voice and Hands on Throttle and Stick ( voice + HOTAS), Helmet Mounted Symbology System (HMSS) atau juga dikenal sebagai ” Electric Hat”, Multi Function Information Distribution System (MIDS), Manual Data Entry Facility (MDEF) yang terletak di glareshield kiri dan sistem peringatan pesawat terintegrasi Dedicated Warnings Panel (DWP), Reversionari instrumen terbang dengan lampu LED yang terletak di bawah kanan glareshield berengsel. Pilot pesawat menggunakan sebuah tongkat utama di tengah dan tongkat Throttle di tangan kiri, emergency exit menggunakan kursi lontar Martin Baker dengan dua motor roket.
gambar kokpit, helm dan ejection seat
DVI sistem Typhoon memanfatkan Speech Recognition Modules (SRM) yang dikembangkan oleh Smiths Aerospace (sekarang menjadi GE Aviation System) kemudian dikembangkan oleh Computing Devices (sekarang menjadi General Dynamics UK) itu adalah DVI sistem pertama yang digunakan dalam kokpit militer, DVI menyediakan pilot dengan mode alam tambahan komando dan kontrol atas sekitar 26 fungsi non-critical kokpit untuk mengurangi beban kerja pilot, meningkatkan keselamatan pesawat dan memperluas kemampuan misi. Sebuah terobosan teknologi penting selama perkembangan DVI terjadi pada tahun 1987 ketika Texa Instruments memproduksi TMS-320-C30 Digital Signal Processor (DSP), kemajuan besar dalam kemasan DVI dari sistem besar yang komplex untuk sebuah kartu modul tunggal. Awal kemajuan yang bisa meningkatkan kemampuan sistem, proyek ini dilanjutkan di bulan juli 1997 dengan pengembangan dan penilaian pilot di Eurofighter Active Cockpit Simulator BAE System warton. Sistem DVI adalah Speaker tergantung yang mengharuskan setiap pilot untuk membuat template, hal ini tidak digunakan untuk tugas-tugas keselamatan dan senjata yang kritis seperti menurunkan senjata atau membuka pintu bawah tapi digunakan untuk fungsi kokpit yang lain. Perintah suara dikonfirmasi oleh umpan balik pengelihatan dan pendengaran, sistem ini dipandang sebagai fitur desain utama dalam mengurangi beban kerja pilot dan bahkan memungkinkan pilot untuk menetapkan target untuk dirinya dengan dua perintah sederhana atau ke salah satu wingman dengan hanya lima perintah. Dalam pesawat standart proteksi G force disediakan oleh pakaian Full Cover Anti G Trousers (FCAGTs), ini spesial dikembangkan untuk memberi perlindungan hingga tekanan 9G. Pilot Typhoon angkatan udara Jerman dan Austria mengenakan setelan G hidrostatis bernama Libelle (Dragonfly) Multi-G plus yang juga memberikan perlindungan ke lengan, secara teoritis memberikan toleransi yang komplex terhadap tekanan G.
gambar setelan Libelle
gambar setelan yang dipakai RAF
Desain kokpit telah melibatkan masukan dari dua pengujian dan pilot
operasional dari masing-masing negara mitra tentang tahap kelayakan dan
konsep selama proses desain, hal ini mengharuskan penggunaan pencahayaan
khusus dan fasilitas simulasi permodelan serta teknik pengerjaan
prototipe secara luas dengan cepat. Passive Infra Red Airbone Track
Equipment (PIRATE) merupakan sistem pencari infrared dan sistem pelacak
(IRST) yang dipasang di badan pesawat didepan kaca depan. SELEX Galileo
adalah kontraktor utama bersama Thales Optronics (sistem otoritas
teknik) serta Tecnobit dari spanyol untuk membentuk konsorsium EUROFIRST
bertanggung jawab untuk desain sistem dan pengembangan. PIRATE
beroperasi di IR dual band, 3-5 dan 8-11 micrometer. bila digunakan
dalam peran udara ke udara berfungsi sebagai pencari infrared dan sistem
pelacak memberikan target deteksi pasif dan pelacakan, dalam peran
udara ke permukaan ia melakukan identifikasi sasaran dan akuisisi. hal
ini juga bisa memberikan bantuan navigasi dan pendaratan karena PIRATE
terhubung langsung ke layar helm pilot. PIRATE mulai digunakan pada
tranche pertama Block 5 dan Typhoon pertama yang menggunakan PIRATE-IRST
dikirimkan ke angkatan udara Italia pada bulan agustus 2007, kemampuan
penargetan yang lebih canggih dapat disediakan dengan penambahan
targeting pod seperti halnya LITENING pod.
gambar PIRATE-IRST pada Typhoon block 5
gambar Litening pod bisa dipasang di fuselage atau disayap
gambar Litening pod bisa dipasang di fuselage atau disayap
Pada tahun 2004 Kepala Staff Angkatan udara Amerika Serikat Jenderal
John P Jumper mencoba Eurofighter Typhoon dan mengatakan ” aku telah
terbang dengan berbagai jet tempur tapi tak ada yang sebaik Eurofighter
Typhoon “. Performa tempurnya setara dengan F-22 Raptor atau F-35
Lightning II ataupun sama Dassault Rafale dan banyak menjadi bahan
diskusi pada maret 2005, orang hanya bisa memilih antara Raptor atau
Typhoon saja katanya dalam wawancara tentang kedua pesawat tersebut.
Namun sulit rasanya membandingkan kedua pesawat tersebut karena Raptor
kayaknya masih diatas Typhoon teknologinya. Pada bulan juli 2007
Eurofighter Typhoon RAF diikutsertakan dalam latihan Indra-dhanush di
India melawan pesawat tempur Sukhoi 30-MKI milik Angkatan Udara India
namun IAF melarang pilot untuk menggunakan radar MKI dengan alasan
sangat rahasia, dan RAF mengakui bahwa manuver sukhoi lebih baik dari
typhoon karena mereka sudah mempelajarinya sebelumnya dan pilot IAF pun
terkesan dengan kelincahan Typhoon di udara. Typhoon mampu mencapai
kecepatan supersonik tanpa afterburner, ini disebut supercruise. menurut
website resmi dari Angkatan Udara Jerman dan Austria Typhoon mampu
mencapai kecepatan maksimum Match 1,2 dan 1,5 tanpa rehat sekalipun dan
hasil test dari RAF terhadap pesawatnya mampu mencapai Match 1,1
supercruise namun itu hanya sugesti dan menurut laporan sumber lain
mengatakan bahwa kecepatan itu hanya bisa dicapai karena pesawat dalam
keadaan kosong tanpa muatan namun mereka membantah bahwa faktanya tidak
semua senjata perlu bersertifikat untuk penerbangan supersonik sekalipun
dengan afterburner. Konsorsium Eurofighter memiliki tingkat kecepatan
subsonik dan supersonik yang lebih besar, akselerasi yang lebih cepat
Match 0,9 pada ketinggian 20.000 kaki daripada F-14 Tomcat, F-15 Eagle,
F-16 Fighting Falcon, F/A-18 Hornet, Mirage 2000, Rafale, Sukhoi SU-27
maupun Mikoyan Mig-29. Pada 2005 trainer Typhoon T1 dilaporkan terlibat
dogfight dengan dua F-15 US Air Force dekat new england dan menang
meskipun perlu verifikasi tentang berita ini, dan di Singapura 2005 juga
Typhoon memenangkan tiga test pertempuran dengan tiga F-16 RSAF, perlu
verifikasi juga. namun Singapura tetap melanjutkan pembelian F-15 karena
ketidakpastian pengiriman Tranche kedua. Dengan kemampuan air to ground
capabilty RAF menggunakan Rafael (Ultra Electronics Litening III Laser
Designator) dan Enhanced Paveway II/III Laser Guided Bomb serta Paveway
IV EGBU-16 Bombs dalam “Austere” program. Meskipun bukan pesawat siluman
Typhoon berusaha untuk mengurangi Radar Cross Section (RCS) terutama
dari bagian depan, sebagai contoh adalah adanya lubang jet yang
menyembunyikan bagian depan mesin jet, desain canard, sayap dan sirip
tepian sayap yang bertugas menyapu penerimaan radar, beberapa senjata
eksternal dipasang di bagian semi tersembunyi didalam badan pesawat
sebagian juga berfungsi sebagai perisai rudal, Radar Absorbent Materials
(RAM) dikembangkan oleh EADS/DASA melindungi banyak reflektor penting
seperti wing leading edges, intake edges and interior, rudder surround,
strakes dll. Typhoon tidak menggunakan penyimpanan senjata internal tapi
menggunakan External mounting points yang berfungsi untk meminimalkan
penerimaan radar tapi juga bisa membawa muatan lebih banyak. Eurofighter
menggunakan Automatic Emission Control (EMCON) untuk mengurangi emisi
elektro magnetic dari arus mekanis pemindai radar, Captor-M adalah radar
pertama NATO dengan tiga dari dua chanel yang bekerja salah satunya
berfungsi mengenali Jammer dan menekan jamming. Rencana jerman dalam
BW-Plan 2009 mengindikasikan bahwa jerman akan membekali atau meretrofit
Eurofigternya dengan AESA-Captor-E mulai 2012, inovasi ini juga untuk
memenuhi persyaratan RAF untuk memindai bidang yang lebih luas tapi
tetap dibatasi sampai 120 derajat di Azimut dan elevasi. Menurut RAF RCS
Eurofighter lebih baik dari persyaratan yang ditentukan oleh RAF,
komentar dari BAE System menunjukkan kembalinya radar sekitar seperempat
dari Tornado. Eurofighter diperkirakan memiliki RCS kurang dari satu
meter persegi dalam konfigurasi bersih oleh penulis Doug Ricardson
meskipun tidak ada nilai resmi tersedia, hal ini dibandingan dengan
estimasi RCS Rafale dari dua meter persegi, 20 meter persegi dari Sukhoi
SU-30MKI, 1 meter persegi dari Sukhoi SU-35BM dan 0,025 persegi dari
F-117. Para produsen telah melakukan test pada Eurofighter Prototipe
awal untuk mengoptimalkan karakteristik observability rendah pesawat
pada awal 1990-an. Pengujian di fasilitas BAE Warton pada prototipe DA4
mengukur RCS pesawat terbang dan meneliti efek dari berbagai lapisan
RAM, ukuran lain untuk mengurangi penemuan adalah penggunaan sensor
pasif yang dapat meminimalkan radiasi emisi elektronik berbahaya
sementara canard umumnya memiliki sedikit karakteristik siluman. Sistem
kontrol penerbangan dirancang untuk meminimalkan RCS dalam penerbangan,
mempertahankan elevon trim dan canard disudut untuk meminimalkan RCS.
Pada tanggal 4 agustus 2003 Jerman menerima seri produksi Eurofighter
pertama (GT003) juga pada tahun itu Spanyol mengambil pengiriman pesawat
produksi pertama dan pada 16 desember 2005 Typhoon mencapai kemampuan
operasional awal atau IOC dengan angkatan udara Italia, Typhoon pun
sudah bertugas sebagai pesawat tempur di Grosseto Air Base dan segera
ditugaskan sebagai pemukul cepat siaga di base yang sama. Pada tanggal 9
agustus 2007 Departemen Pertahan Inggris melaporkan bahwa Skuadron no
XI dari RAF berdiri sebagai skuadron pertama Typhoon pada tanggal 27
maret 2007 telah menerima pengiriman dua pesawat pertama, dua pesawat
dari skuadron XI dikirim untuk mencegat Tupolev TU-95 Rusia mendekati
wilayah udara Inggris pada 17 agustus 2007. Typhoon RAF telah dinyatakan
siap tempur untuk misi udara ke darat pada 1 juli 2008 dan di
proyeksikan akan siap untuk digunakan dalam operasi pada pertengahan
2008, pada 25 april 2008 Typhoon dari Skuadron 17 di RAF Coningsby yang
beroperasi di U.S Naval Air Weapons Station China Lake Test Center di
California dilaporkan mengalami kerusakan parah saat mendarat ketika
landing gear tapi perusahaan memberitakannya dan sebuah dewan penerangan
dibentuk untuk menyelidiki kejadian tersebut dan menyatakan penyebab
kecelakan pada kesalahan pilot semata. Pada tanggal 11 september 2008
dilakukan program test penerbangan yang diikuti oleh lima mitra angkatan
udara dan industri dimana pesawat telah melampaui 50.000 jam
penerbangan. pada tanggal 31 maret 2009 Typhoon pertama kali meluncurkan
Rudal AMRAAM dengan radar pada mode pasif, data sasaran yang diperlukan
untuk rudal tersebut diperoleh dari radar Typhoon kedua dan dikirimkan
menggunakan Multi Functional Information Distribution System ( MIDS).
Pada tanggal 17 juli 2009 Eurofigter Angkatan Udara Italia dikerahkan
untuk melindungi wilayah udara Albania dan pada september 2009 4 Typhoon
RAF dikerahkan RAF Mount Pleasant menggantikan F3 Tornado untuk membela
kepulauan Falkland dan pemerintah Argentina pun mengeluarkan protest
resmi. pada tanggal 24 agustus 2010 proyek Eurofighter terancam berakhir
dikarenakan adanya insiden kecelakaan jatuhnya pesawat Typhoon dua
kursi yang menewaskan seorang Pilot Angkatan Udara Saudi Arabia yang
duduk dikursi depan tanpa ada alasan yang jelas saat lepas landas di
Moron Air Base Spanyol dan dugaan ahli adanya serangan burung yang
menyebabkan kerusakan pada sensor penting pesawat, Pilot Instruktur dari
spanyol selamat setelah berhasil meloloskan diri lewat kursi lontar
setelah kejadian itu Angkatan Udara Jerman menggrounded sekitar 55
pesawat Typhoonnya pada 16 september 2010 dan pada 17 september 2010 RAF
mengistirahatkan sementara program latihan Typhoon namun unit pemukul
cepat tetap disiagakan. Pada 21 september 2010 RAF melakukan pembenahan
pada sistem keselamatannya untuk tetap melakukan penerbangan rutin di
RAF Coningsby. Angkatan Udara Austria juga tidak terpengaruh dengan
kejadian tersebut dan tetap mensiagakan Typhoonnya untuk terbang.
Eurofighter Typhoon diproduksi dalam dua varian, varian kursi tunggal
dan kursi ganda namun varian kursi ganda hanya untuk versi trainer saja.
Pesawat diproduksi dalam tiga standar utama , Tujuh Development
Aircraft (DA), Tujuh produksi standart Instrumented Production Aircraft
(IPA) untuk pengembangan lebih lanjut dan Seri Pesawat Produksi.
Produksi pesawat dilakukan di Empat negara mitra dan industri. Tranche
pertama produksi pesawat dimulai dari tahun 2000 dan kemampuan pesawat
meningkat secara bertahap dengan upgrade masing-masing Software yang
menghasilkan standar yang berbeda-beda dan dikenal sebagai Block, dengan
diperkenalkannya standart Block 5, retrofit program R2 akan membawa
semua pesawat ke model standart.
Tranche 1
Block 1 : kemampuan operasional awal dan kemampuan pertahanan udara.
Block 2 : kemampuan udara ke udara awal.
Block 2b : kemampuan penuh udara ke udara.
Block 5 : kemampuan penuh untuk udara ke udara dan udara ke tanah.
Tranche 2
Block 8 : komputerisasi misi baru yang diintegrasikan dengan senjata masa depan seperti Meteor, Storm shadow dan Taurus ( perubahan teknologi produksi dari tranche 1).
Block 10 : Software baru EOC 1 (multi role step 1 terdepan), AIM-120C-5 AMRAAM, IRIS-T Digital, A2G: GBU-24 GPS Controlled weapons, ALARM, Paveway III & IV, Rafael Litening III. Block 15 : Software EOC 2 (multi role step 2 terdepan), A2A Meteor A2G : Taurus, Storm Shadow, Brimstone.
Tranche 3
Pesawat akan memiliki interface untuk perbaikan dimasa depan tapi akan diberikan pada tranche kedua level kemampuannya.
Tranche 1
Block 1 : kemampuan operasional awal dan kemampuan pertahanan udara.
Block 2 : kemampuan udara ke udara awal.
Block 2b : kemampuan penuh udara ke udara.
Block 5 : kemampuan penuh untuk udara ke udara dan udara ke tanah.
Tranche 2
Block 8 : komputerisasi misi baru yang diintegrasikan dengan senjata masa depan seperti Meteor, Storm shadow dan Taurus ( perubahan teknologi produksi dari tranche 1).
Block 10 : Software baru EOC 1 (multi role step 1 terdepan), AIM-120C-5 AMRAAM, IRIS-T Digital, A2G: GBU-24 GPS Controlled weapons, ALARM, Paveway III & IV, Rafael Litening III. Block 15 : Software EOC 2 (multi role step 2 terdepan), A2A Meteor A2G : Taurus, Storm Shadow, Brimstone.
Tranche 3
Pesawat akan memiliki interface untuk perbaikan dimasa depan tapi akan diberikan pada tranche kedua level kemampuannya.
Angkatan Laut India telah meminta informasi mengenai varian kapal
induk Eurofigter dan mengumumkan untuk kontes tender M-MRCA (Medium
Multi Role Combat Aircraft) dimana Eurofighter bersaing dengan Dassault
Rafale, F-16 IN Block 52, Jas 39 Gripen, F/A-18 E/F Superhornet dan
MIG-35.
Armament
* Guns : 1 x 27 mm Mauser BK-27 Revolver cannon with 150 rounds.
* Hardpoints : total 13 : 8 dibawah sayap, 5 dibawah fuselcage dgn beban angkut max 7500 kg. * Missiles :
* Air to Air Missiles : AIM-9 Sidewinder, AIM-132 ASRAAM, AIM-120 AMRAAM, IRIS-T, MBDA Meteor.
* Air to Surface Missiles : AGM-65 Maverick, AGM-88 HARM, Storm Shadow/Scalp EG, Brimstone, Taurus KEPD 350, Penguin dan AGM Armiger.
* Bombs : Paveway II/III/ Enhanced Paveway Laser Guided Bombs, JDAM, HOPE/HOSBO.
* Perangkat lain :
* Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod.
* Electronics Counter Measures (ECM) pods.
* Litening III Laser targeting pods.
* Up to 3 drop tanks.
Armament
* Guns : 1 x 27 mm Mauser BK-27 Revolver cannon with 150 rounds.
* Hardpoints : total 13 : 8 dibawah sayap, 5 dibawah fuselcage dgn beban angkut max 7500 kg. * Missiles :
* Air to Air Missiles : AIM-9 Sidewinder, AIM-132 ASRAAM, AIM-120 AMRAAM, IRIS-T, MBDA Meteor.
* Air to Surface Missiles : AGM-65 Maverick, AGM-88 HARM, Storm Shadow/Scalp EG, Brimstone, Taurus KEPD 350, Penguin dan AGM Armiger.
* Bombs : Paveway II/III/ Enhanced Paveway Laser Guided Bombs, JDAM, HOPE/HOSBO.
* Perangkat lain :
* Flares/Infrared decoys dispenser pod and chaff pod.
* Electronics Counter Measures (ECM) pods.
* Litening III Laser targeting pods.
* Up to 3 drop tanks.
gambar Eurofighter EF-200 Typhoon FGR4
gambar Eurofighter EF-2000 Typhoon S
gambar Eurofighter EF-2000 Typhoon T
gambar Eurofighter EF-2000 Typhoon F2
gambar Eurofighter EF-2000 Typhoon T1
gambar Eurofighter EF-2000 Typhoon T3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar